A Short Journey Part 2

Judul: A Short Journey Part 2
Author: Miftahul Rahmi, Ae Lee Dongae
Rating: PG-15 *mungkin, aku gak pinter ngasih rating*
Genre: romance, angst, family
Cast: yesung, ryeowook, kibum
Disclaimer: Yang saya punya hanya cerita dan alurnya
Warning: yang gag suka yaoi ga perlu baca

Part 2

(Author POV)
Disekolah.
“Hyung! Yesung hyung!” tiba-tiba Yesung dikagetkan oleh panggilan seseorang yang kini sedang berlari kearahnya.
“Donghae?” ujarnya ragu.
“Ya, ini aku hyung. Kenapa kau terlihat ragu begitu?” tanya Donghae heran. Tidak biasa-biasanya Yesung seperti itu.
“ah tidak, aku lupa membawa kacamataku sehingga penglihatanku jadi sedikit kabur” ujarnya. Dia memang ragu dengan siapa ia bicara karena ingatannya yang mulai kabur.
“Ka… Kau memakai kacamatamu hyung” ujar Donghae sambil menunjuk kacamata yang bertengger manis dihidung kakak kelasnya itu.
Yesung sedikit terperanjat mendengarnya. “Mungkin minus mataku bertambah” ujarnya seraya tersenyum.
“Hyung, kau baik-baik saja? ” tanya Donghae khawatir.
“Aku tidak apa-apa kok. Ada apa memanggilku?” tanya Yesung.
“Tadi Wookie mencarimu hyung. Katanya kau membawa tasnya” ujar Donghae lalu pergi meninggalkan Yesung yang masih bingung.
“Aku salah membawa tas ya? Sepertinya ada yang gak beres dengan kepalaku. Aku benar-benar harus memeriksakan diriku ke dokter” bisiknya lalu pergi menemui Wookie.

***
(Ryeowook POV)
Dasar hyung! Kenapa dia malah membawa tasku sih? Apa dia berniat mau mengerjaiku?
Tiba-tiba saja aku melihatnya sedang berjalan menuju kebun belakang sekolah. Mau apa Yesung hyung kesana?
“Hyung! Yesung hyung!” panggilku.
Yesung hyung menghentikan langkahnya lalu menatapku kemudian menghampiriku.
“Ah! Wookie maaf, sepertinya aku salah membawa tas ya?” tanyanya sambil tersenyum. “Tadi Donghae yang mengatakannya padaku”
“Ne hyung. Kau membawa tasku. Jadi aku yang membawakan tasmu” jawabku. “Tasku mana hyung?”
“Ah! Tasmu didalam loker. Aku baru saja akan mengambilnya” jawabnya lalu meneruskan jalannya.
“hyung” panggilku.
“ada apa?” tanyanya.
“itu jalan kearah kebun belakang sekolah. Jalan ke gedung sekolah lewat sini” ujarku sambil menunjuk arah belakangku.
“ah benar juga. Kenapa aku bisa lupa ya? Ayo kita segera ke sana” ujar Yesung hyung sambil menggandeng tanganku. Rasanya basah.
“Hyung, kau tidak apa-apa?” tanyaku khawatir.
“Aku tidak apa-apa kok. Jangan khawatir” ujarnya.
Aku hanya bisa diam dan mengikuti langkah Yesung hyung. Ada perasaan takut dalam diriku saat melihat keadaannya seperti ini. Meskipun Yesung hyung selalu berkata baik-baik saja, entah kenapa aku merasa keadaan Yesung hyung sangat terbalik dengan apa yang dikatakannya.

***
(Yesung POV)
Sial.. Lagi-lagi aku melupakan hal penting. Bagaimana mungkin aku bisa melupakan arah gedung sekolah yang sudah lama kujamahi ini? Tolol benar kau Yesung. Tapi sungguh ingatanku begitu kabur tentang banyak hal.
Han Songsaengnim bahkan tampak terkejut tadi saat mendapati aku tidak bisa menjawab pertanyaan mengenai Anatomi. Dan Donghae.. Bocah itu begitu heran melihatku ragu memanggil namanya. Entahlah. Aku sungguh tidak mengerti. Sejak kapan aku jadi pelupa seperti ini? Apa karena stress? Apa karena umurku yang terus bertambah tua? Tapi penyakit pikun hanya terjadi pada orang-orang lanjut usia sejauh yang kutahu.
Aku sadar, aku masih menggenggam tangan Wookie. Begitu aku tersadar aku segera berubah gugup. Kurasakan keringat di telapak tanganku lebih banyak dari biasanya, buru-buru kulepaskan genggaman tanganku darinya.
“Hyung, kau baik-baik saja?” tanya Wooki heran. Aku menatapnya dan mengangguk.
“Tentu,” sahutku. Aku tahu, tidak baik membohongi orang lain, tapi, aku tidak ingin siapa pun merasa khawatir kepadaku, terutama kelurgaku. Karena… aku bukan benar-benar keluarga mereka…
“Hyung!” panggil Wookie lagi. “Jangan melamun!”
“Ah, ya,” sahutku.
Kami berhenti di depan deretan loker besi di lorong lantai dasar. Kuronggoh tasku, dan kutatap nomer di kunci itu lalu menghela, dan kulangkahkan kakiku menuju loker yang seharusnya adalah milikku. Aku memutar kunci itu, dan kuraih tas milik Wookie.
“Ini,” kataku. “Mianhae.”
“Aniyo,” sahut Wookie seraya meraih tasnya. “Gwaenchana.”
Aku berpikir. Bagaimana jika hal ini terus berlanjut dan penyakit pikunku semakin menjadi? Aku tidak mau seperti ini terus. Maka kuraih tangan Wookie yang baru saja hendak meninggalkanku.
“Wook,” panggilku.
“Hnn?” sahut Wookie sambil mengalungkan tasnya di pundak. “Wae yo?”
“Bisa kau temani aku ke TU?” tanyaku berhati-hati. Aku hanya tidak mau salah jalan lagi. Itu menghabiskan waktu dan membuatku lelah.
“Untuk apa?” tanya Wookie.
“Sudah, antar saja,” kataku sambil menarik tangannya. Ia berjalan di sampingku, sesekali kurasakan ia melirik padaku dengan heran dan cemas. Aku tidak menggubrisnya, berpura-pura tidak menyadarinya adalah hal yang terbaik kupikir. Karena aku pun sama bingungnya dengan bocah ini.
“Sampai, hyung,” desahnya. Aku tersenyum.
“Tunggu sebentar, aku segera keluar,” kataku seraya berjalan masuk ke dalam ruang TU. Kutatap wajah-wajah yang kabur itu. Lalu kulangkahkan kakiku pada salah saorang wanita berbadan gemuk di sana.
“Songsaengnim,” kataku. “Bisa aku minta denah sekolah?”
“Lho? Yesung-ssi? Untuk apa?” tanya wanita. Ternyata dia mengenalku.
“A-ani, hanya sedang tertarik mempelajari sekolah,” sahutku sedikit gugup. Wanita itu menatapku, lalu tersenyum.
“Arasso,” sahutnya. Ia berjalan pergi sejenak, lalu kembali dengan sebuah pamflet berisikan map lengkap sekolahku yang biasa dibagikan pada murid-murid baru. “Selamat belajar.”
“Kamsahamnida,” kataku seraya berjalan keluar. Aku menyelipkan map itu di tasku sebelum Wookie bisa melihatnya.
“Ayo kita pergi,” kataku. Wookie mengangguk dan berjalan berdampingan denganku.
Aku tidak bisa salah jalan lagi. Aku tidak BOLEH salah jalan lagi. Semua itu memalukan. Apa yang terjadi denganku? Mengapa aku begitu pelupa? Mungkin aku harus bicara dengan Umma mengenai hal ini. Ya… Umma dulu seorang dokter sebelum dia menikah dengan Appa. Mungkin Umma akan mengetahui mengapa aku mengalami hal ini. Aku ini sehat. Ya, Yesung, kau sehat.

Setelah makan malam, aku lihat Umma dan Appa sedang santai, Wookie sedang berdiam diri dikamarnya, dan Kibum sedang main di rumah Kyuhyun. Lebih baik aku tanya Umma sekarang saja.
“Umma” panggilku.
“Ada apa jagi?” tanya Umma sehingga membuat wajah Appa tertekuk.
“Ada yang ingin aku tanyakan pada Umma” jawabku.
“Yesung, jangan pasang wajah serius begitu? Kau membuat kami cemas” ujar Appa khawatir.
Umma menghela nafas. “Duduklah” ujar Umma.
Aku pun duduk didepan kedua orangtuaku ini. Aku benar-benar harus menanyakan hal ini. Meskipun pada awalnya aku hanya ingin menanyakannya pada Umma kurasa tidak ada salahnya juga Appa mengetahui hal ini.
“Apa yang ingin kau tanyakan Yesung?” tanya Umma lembut.
“Umma…” kenapa ini? aku takut untuk menanyakannya.
“Nde?”
Aku menghela nafas untuk menenangkan diriku. Apapun yang akan dikatakan Umma nanti aku harus siap.
“Akhir-akhir ini aku merasa ingatanku mulai kabur. Aku sering melupakan hal-hal penting yang seharusnya tidak mungkin kulupakan” ujarku dalam satu tarikan nafas.
Kulihat ekspresi Umma berubah drastis. Kelihatannya Umma sangat khawatir.
“Bisa kau jelaskan contohnya Yesung?” pinta Umma. Sepertinya Umma mengetahui sesuatu dengan keadaanku ini.
“Seperti tadi. Aku melupakan jalan menuju gedung sekolah. Beberapa hari sebelumnya aku melupakan jalan menuju kamar mandi dirumah ini” jawabku.
Kali ini Appa juga mengeluarkan reaksi yang sama seperti Umma. Mereka kelihatan sangat cemas dan takut. Apa ada sesuatu hal yang mengerikan yang terjadi padaku?
“Umma, apa ada sesuatu yang terjadi padaku?” tanyaku. Aku benar-benar ingin tahu.
“Yesung, besok kau tidak usah masuk sekolah dulu. Kita pergi ke rumah sakit” ujar Appa lalu pergi membawa Umma ke kemar mereka.
Semoga saja tidak ada hal yang mengerikan terjadi padaku.

***
(Author POV)
Kangin mencoba menenangkan istrinya yang sedari tadi sudah gemetaran. Tentu saja ia tahu apa yang membuat istrinya seperti ini. Ia sendiri sebenarnya juga kaget dengan apa yang telah ia dengar. Jujur, perasaannya juga sama seperti istrinya saat ini.
“Jagiya, kumohon tenanglah. Berdoalah Yesung tidak akan mengalami hal yang sama seperti orang tuanya” ujar Kangin.
“Aku juga mengharapkan hal itu jagi, tapi kau dengar sendiri kan apa yang dikatakannya? Kemungkinan besar dia akan mengalami hal yang sama dengan Hankyung!” seru Eeteuk. Air mata yang sudah ditahannya daritadi kini sudah tumpah.
“Jagiya…”
“Bagaimana? Aku harus bagaimana sekarang? Aku tidak bisa menepati janjiku pada Hankyung untuk menjaganya!” Eeteuk terus menangis. Kangin pun hanya bisa menenangkan istrinya. Ia sendiri tahu bagaimana perasaan Eeteuk saat ini. Namun apa yang bisa ia lakukan? Ia hanya bisa berdoa agar Yesung tidak terjangkit penyakit yang telah membuat ayahnya meninggal.

TBC again

Tentang bbkoreafanfiction

this is just blog for fun :)
Pos ini dipublikasikan di Chapter, YAOI dan tag . Tandai permalink.

Tinggalkan komentar