WHITE LIE Chap 2 Part 3

Chapter 2 Part 3

(POV Yunho)

Sesampainya aku di dorm, aku mendapati Yoochun yang terluka parah. Aku menanyai dia apakah kakeknya yang menghajarnya, namun dia malah terkesan merahasiakan hal itu padaku. Aku kesal padanya. Aku keluar dari kamar itu dan memukul pintu dengan keras. Aku menuju kamarku. Meletakkan, tepatnya membanting barang-barang bawaanku ke kasur. Aku merebahkan tubuhku di kasur dengan posisi diagonal. Kutatap langit-langit dan mulai berpikir keras. Yoochun terluka parah seperti itu pasti gara-gara dia menyelamatkanku kemarin. Bodoh sekali dia. Apa sih yang ada dipikirannya? Sebenarnya apa yang dia inginkan dariku? Kenapa dia tidak membiarkanku mati saja waktu itu? Kenapa malah menyelamatkan aku yang ditugasi untuk membunuhnya? Kututup mukaku dengan kedua telapak tanganku. Dari sela-sela jari, air mataku mengalir. Aku menangis. Di kepalaku dipenuhi dengan banyak tanda tanya. Aku berpikir sekali lagi untuk menentukan pilihan. Akhirnya malam itu juga aku bisa menentukan apa yang terbaik untuk kami semua.

Berhari-hari aku mencoba menyelidiki Yoochun dan kakeknya. Seminggu pertama aku sama sekali belum mendapat titik terang. Aku tidak ingin putus asa. Aku pun mencoba lebih keras mencari data tentang mereka. Semua teroris yang kutangkap kutanyai satu persatu. Awalnya mereka sama sekali bungkam. Tapi akhirnya aku menemukan cara agar mereka mau membagi informasi tentang Yoochun dan kakeknya. Ternyata selama ini Yoochun adalah Sum-eo jal yang kucari. Dia bergerak untuk menyembunyikan barang bukti yang ada di TKP. Dia sangat mahir menyembunyikan sesuatu. Sejak kecil dia dirawat oleh kakeknya karena orang tuanya meninggal karena sebuah manipulasi politik yang disebabkan oleh seorang menteri AS yang mengadakan kudeta. Ayah Yoochun adalah orang asli Amerika dan ibunya asli Korea. Ayahnya adalah menteri pertahanan di AS tapi kedudukannya dilengserkan oleh seseorang. Orang itu mendapat dukungan penuh kementrian dan berhasil memanipulasi Ayah Yoochun. Dan kakeknya sangat dendam pada pemerintah AS karena mereka sangat pandai memutarbalikkan fakta. Orang tua Yoochun dituduh telah menggelapkan dana Negara, dan mereka dibunuh secara diam-diam. Sebelum dibunuh, mereka diasingkan ke Jepang. Yoochun sebenarnya tidak berniat menentang Negara saat itu, tetapi karena pengaruh kakeknya, dia akhirnya mengikuti jejak kakeknya. Yoochun sangat cerdas. Kakeknya kemudian membekalinya dengan berbagai ilmu. Khususnya dalam bidang penyelundupan. Dia juga disekolahkan di sekolah intel AS. Dan harus DO karena melanggar aturan.

Selama beberapa bulan ini aku jarang ada di dorm. Aku sibuk mengumpulkan informasi tentang Yoochun. Siang itu aku sedang menyetir mobil menuju dorm ketika ada sebuah panggilan darurat dari ponselku. “009, kami telah menemukan markas besar para teroris itu. Ini semua berkat informasi yang anda berikan pada kami. Sekarang anda harus ke kantor untuk menentukan rencana penyergapan.” Kata salah seorang anggota CIA bawahanku. Aku membanting setir menuju kantor kepolisian khusus.

(POV Yoochun)

Selama sebulan ini aku sama sekali tidak berhubungan dengan kakek. Tetapi tiba-tiba kakek meneleponku dan menyuruhku agar segera ke markas besar kami. Aku pun menuju ke sana. Aku langsung menemui kakek.

“Yoochun, kakek merasa umur kakek sudah tidak lama lagi.”

“Apa maksud kakek? Kakek memanggilku karena urusan ini?”

“Kakek rasa, sebentar lagi CIA pasti tahu keberadaan markas besar kita ini. Pasti polisi yang kau selamatkan itu telah memberikan informasi pada CIA.”

“Bagaimana kakek bisa tahu? Kenapa kakek tidak mencoba untuk kabur sebelum mereka menemukan kakek?”

“Kau tak perlu tahu. Sekarang kakek hanya ingin membebaskanmu.”

“Kenapa kakek tiba-tiba berbicara aneh begitu?”

“Kakek merasa sudah sangat berdosa pada kedua orang tuamu karena telah mendidikmu dengan penuh dendam. Kakek ingin, setelah kakek mati, kau harus hidup dengan baik. Kakek akan menghapus namamu dari daftar anggota teroris. Hiduplah dengan benar .”

Saat itu aku merasa ucapan kakek sangat aneh. Dia yang selama ini bersikeras tidak mau melepasku, tiba-tiba melepasku begitu saja. Ada apa ini sebenarnya?

“Yoochun, sekarang kau harus pergi dari sini secepatnya! Mulai hari ini, lupakan kakek. Jangan ada nama kakek lagi diingatanmu. Hapus semua catatan buruk kakek padamu, dan pergilah dari sini. Kau harus janji pada kakek, mulai hari ini kau akan hidup dengan baik!”

Selama bertahun-tahun aku menunggu hari ini tiba. Hari di mana kakek akan melepaskanku. Akupun menuruti perintah kakek dan pergi dari tempat itu tanpa berpikir macam-macam lagi. Ini adalah kesempatan yang telah kutunggu-tunggu. Tetapi sebelum sampai di luar, sekelompok polisi datang mengepung tempat kami. Aku bingung harus lari ke mana. Kuputuskan untuk bersembunyi. Beberapa polisi masuk dan melakukan penyerangan. Aku teringat pada kakek. Aku tak mungkin kembali ke sana. Aku sudah berjanji akan hidup dengan baik mulai hari ini. Saat aku sedang bingung menentukan pilihan, seseorang menarik tanganku dan membawaku lari dari tempat itu. Yunho hyung. Dia ada di sini. Dia menyelamatkanku. “Hyung, kenapa kau menyelamatkanku?”tanyaku. “Tak ada waktu untuk menjelaskan. Sekarang polisi sudah mengepung di tempat ini. Aku tidak mungkin membiarkan orang yang tidak bersalah ikut tertangkap.” “Apa maksudmu?” tanyaku lagi. Yunho hyung tidak menjawabnya. Dia hanya bergumam “Kita harus ke barat! Aku memerintahkan mereka menyerang dari barat. Jadi polisi yang berjaga di barat mungkin hanya sekitar 5 sampai 6 orang karena yang lainnya masuk ke dalam.” Dia kembali menarik lenganku dan membawaku lari dari tempat itu. Benar juga, di sana ada 5 polisi yang berjaga. Mereka melihat Yunho hyung sedang bersamaku. Mereka tidak mengenaliku sebagai salah satu anggota polisi. Maka mereka mengejar kami dengan mobil. Yunho hyung mengemudikan mobil dengan gila-gilaan karena kami dikejar oleh 5 polisi yang terpisah ke dalam 2 mobil. Yunho hyung sama sekali tidak mengeluarkan tembakan untuk menghentikan mereka. Kakek ternyata sudah menyiapkan pengamanan untukku. Dia menempatkan beberapa orang di luar. Mereka menembaki ke 5 polisi itu hingga tewas. Yunho hyung yang melihat mereka menembaki polisi-polisi itu pun langsung melepaskan tembakan ke arah mereka dan membunuh mereka. Saat Yunho hyung focus menembak mereka, dia tidak sadar bahwa di depan kami ternyata ada palang pembatas laut. Aku terlambat memberitahu Yunho hyung. Dia terlambat menginjak rem. Mobil kami sempat berputar 180 derajat sebelum akhirnya jatuh tenggelam ke laut yang airnya tenang tanpa ombak. Daerah itu memang dekat dengan pelabuhan tua yang sudah tidak berfungsi lagi. Kami berdua tenggelam ke dasar laut yang tidak terlalu dalam. Hanya sekitar 3.5 meter. Aku langsung bisa menyelamatkan diri karena sebelum jatuh, aku membuka pintu mobilku dulu. Aku naik ke permukaan. Di sana tak ada siapa-siapa. Sepi. Hanya ada mayat-mayat anak buah kakekku dan polisi-polisi itu yang letaknya lumayan jauh dari tempatku berada.

Aku menunggu Yunho hyung naik. Lama. Kenapa dia tidak juga naik sih? Bukankah dia juga bisa berenang? Setelah 5 menit kutunggu, aku menceburkan diriku lagi mencari Yunho hyung. Air lautnya tidak terlalu jernih sehingga mengganggu pandangan mataku. Kudekati bangkai mobil kami, Aku masuk lagi ke dalam mobil mencari Yunho hyung. Kudapati dia tidak sadarkan diri dengan sabuk pengaman yang masih terikat. Aku berusaha sekuat tenaga melepaskan sabuk pengaman itu. Susah sekali. Aku mulai kehabisan napas. Aku mencari benda yang bisa kugunakan untuk memotong sabuk pengaman yang melilit tubuh Yunho hyung. Kubuka dashboard mobilnya. Aku menemukan gunting di sana. Dan ada sesuatu yang menarik perhatianku. Sebuah kartu anggota CIA milik Yunho hyung. Tak ada waktu lagi. Aku sudah benar-benar kehabisan napas. Cepat-cepat aku memotong sabuk pengaman dan menarik Yunho hyung keluar dari bangkai mobil dan naik ke atas. Kartu anggota CIA miliknya pun kubawa. Sesampainya di atas, aku meletakkan tubuh Yunho hyung ke lantai beton. Kugoncang-goncangkan tubuhnya. Dia banyak menelan air. Aku berusaha mengeluarkan air dari dalam perutnya dengan menekan perutnya kuat-kuat dan memberinya napas buatan. “Hyung, sadarlah hyung!” Sekali lagi aku memberinya napas buatan, tapi dia tidak juga sadar.

Aku menggendong Yunho hyung di punggungku dan berlari membawanya ke Rumah Sakit terdekat. Jarak tempat itu dari jalan raya cukup jauh. Tapi aku terus menggendongnya dan berlari secepatnya. Aku tak ingin terjadi sesuatu padanya. Sesampainya di jalan raya, aku memberhentikan taxi dan langsung menuju Rumah Sakit. Kutidurkan Yunho hyung di pangkuanku. Aku menangis karena terlalu panic. “Hyung, bertahanlah… Kau harus kuat hyung… Jangan tinggalkan kami.” Bisikku padanya.

Tak berapa lama kami sampai di Rumah Sakit. Aku langsung mencari dokter untuk segera menanganinya. Yunho hyung dibawa masuk ke Ruang pemeriksaan. Aku menunggunya dengan cemas di luar. Aku tidak bisa memaafkan diriku kalau sesuatu yang buruk terjadi padanya. Aku hanya menunduk dan menangis dalam diam. Beberapa saat kemudian dokter yang memeriksa hyung keluar. “Bagaimana keadaannya dok?” tanyaku panic. “Keadaannya sudah normal. Kami akan memasang tabung oksigen untuknya.” Jawab dokter itu. “Hhhh syukurlah.”kataku lega. “Sebaiknya kau berganti pakaian dan mengobati kakimu.” Kata dokter itu, kemudian berlalu dari hadapanku. Aku melihat kakiku. Penuh luka dan berdarah. Aku tidak menyadari bahwa aku berlari di jalan tak beraspal tanpa memakai alas kaki. Aku kembali terduduk. Kuambil sesuatu dari sakuku. Kartu anggota CIA. Pantas saja selama ini dia tidak pernah mengizinkan kami masuk mobilnya. ‘Sebaiknya aku tidak membicarakan hal ini padanya. Aku akan pura-pura tidak tahu.’ Aku tidak mungkin pulang ke dorm dan meninggalkan Yunho hyung sendirian.

Aku memutuskan untuk menghubungi ketiga member lain.

(POV Changmin)

Setelah mendapat telepon dari Yoochun hyung, kami bertiga bergegas menuju Rumah Sakit. Di sana Yoochun hyung sudah menunggu kami di dalam ruang kamar Yunho hyung. Bajunya basah kuyub. Kakinya penuh luka. Aku langsung tahu kalau Yoochun hyung pasti berlari tanpa alas kaki. Dengan lembut Jaejoong hyung mengobati lukanya dan membalutkan perban dengan rapi. Kami berempat menunggui Yunho hyung sadar. Dia memakai tabung oksigen. Junsu dan aku belum berhenti menangis ketika ada 5 orang berpakaian seragam polisi datang ke kamar Yunho hyung. ‘Ada apa ini? Apa Yunho hyung membuat masalah dengan polisi?’ Ketika polisi itu masuk, Yoochun hyung langsung berdiri. Dia lupa kakinya masih sakit. “Kami mendapat informasi bahwa Yunho jatuh tenggelam. Bagaimana keadaannya?” tanya mereka. “Bagaimana kalian bisa tahu?” tanya Yoochun hyung. “Kami punya banyak mata-mata di sini. Apa kau yang menyelamatkan Yunho?” polisi itu bertanya setelah melihat kaki Yoochun hyung. “Sebenarnya….” Sebelum Yoochun hyung berkata-kata, Yunho hyung siuman. “Hei, Yunho sudah siuman.” Teriak Jaejoong hyung girang. Kamipun mendekat ke ranjang Yunho. “Komandan, maaf aku gagal.” Kata Yunho hyung lemah begitu melihat 5 orang berseragam polisi itu. “Siapa bilang kau gagal? Kau sukses besar Yunho. Tapi aku ingin bertanya padamu. Kenapa aku tidak melihatmu sama sekali di lokasi? Tiba-tiba kami mendapat laporan kau mengalami kecelakaan bersama seseorang yang tidak diketahui. Siapa orang itu? Apa dia teroris?” Tanya orang itu. Aku sama sekali tak mengerti apa yang mereka bicarakan. “Boleh kami bicara 4 mata?” Yunho hyung mengisyaratkan pada kami agar membiarkannya bicara 4 mata dengan komandan polisi itu. Kami langsung mengerti dan keluar ruangan. Yoochun hyung terlihat tidak ingin meninggalkan ruangan itu. Tetapi Jaejoong hyung berhasil membujuknya.

(POV Normal)

Yunho berbicara 4 mata dengan komandan polisi yang diketahui sebagai anggota CIA itu. “Komandan, sebenarnya aku lalai dalam tugas. Tanpa kusadari temanku Yoochun menyusup ke dalam bagasi mobilku. Dan saat itu aku ingin membawanya menjauhi tempat itu, tetapi beberapa penjahat menghalangi kami dan kami akhirnya tenggelam. Dia sama sekali bukan anggota teroris. Dan dia yang menyelamatkanku.” Yunho meyakinkan komandan dengan kebohongannya. “Aku percaya padamu Yunho. Tidak ada bukti bahwa dia terlibat jaringan teroris itu. Kami sudah menginterogasi Pemimpinnya tadi.” Kata-kata komandan menenangkanku.

2 Minggu Kemudian Di Kantor Pusat CIA Amerika…..

Setelah keluar dari Rumah Sakit, Yunho pergi ke Amerika untuk sementara waktu. Tujuan utamanya adalah kantor pusat CIA.

“Mr. saya ingin menyampaikan laporan saya.” Yunho menyerahkan setumpuk kertas laporannya. Tugasnya di Korea telah selesai. “Kau berhasil dengan baik Yunho.” Kata Mrs zusan.

“Terimakasih Mrs.”kata Yunho. “Oh iya Mr. saya ke sini bukan hanya menyampaikan laporan, tetapi juga menyampaikan ini.” Yunho menyodorkan sebuah amplop ke meja Mr. Porter. Dia berbalik dan meraih amplop itu. Surat Pengunduran Diri. “Apa alasanmu mengundurkan diri setelah kau meraih keberhasilan ini?” tanya Mr Porter. “Aku terlanjur menyayangi seluruh anggota DBSK dan aku tidak mau berpisah dengan mereka.” Jawab Yunho. Mr. Porter melipat jarinya di depan hidungnya, menatap Yunho dengan tatapan tajam. “Kalau begitu, mulai hari ini kau bukan anggota CIA lagi.” “Terima kasih Mr.” Yunho sangat senang karena akhirnya dia bisa lepas dari beban sebagai anggota CIA.

Setelah semua urusannya di Amerika selesai, yunho kembali ke Korea. Ke dorm DBSK. Yoochun yang akhirnya mengetahui identitas Yunho memilih bungkam supaya keadaan tidak semakin buruk. Mereka kembali menjadi DBSK yang kompak dan selalu bersama. “Aku sudah menepati janjiku bahwa aku tidak akan meninggalkan kalian teman-teman.” Bisik Yunho.

Story by Eun Byeol {Aulia Silvina Anandita}

Sabtu, 2 Oktober 2010 18.30—- Minggu, 3 Oktober 2010

NB : maap maap endingnya geje. Berubung suda cape plus ngantuk

Tentang bbkoreafanfiction

this is just blog for fun :)
Pos ini dipublikasikan di Chapter. Tandai permalink.

Tinggalkan komentar