Listen to My Heartbeat part 5

Part 5

(Chansung POV)
Aku senang Junho hyung menepati kata-katanya. Dia benar-benar membantuku agar bisa bersama dengan Junsu hyung, tapi sejak saat itu juga dia tidak mau menatapku langsung. Aku tidak tahu kenapa, setiap kutanya dia selalu mengalihkan pembicaraan. Junho hyung sama sekali tidak mau menjawabnya.
Sama seperti sekarang ini, kami sedang ada dikamarnya sambil mencari sesuatu yang bisa digunakan untuk mengerjai member lain. Meskipun tenang tetap saja dia punya sisi jahil juga. Aku sering menjadi targetnya akhir-akhir ini.
“Hyung, memangnya siapa yang mau kau jahili hari ini?” tanyaku. Seingatku Junho hyung jarang sekali menjahili Junsu hyung. Malah sebaliknya, Junsu hyung yang mengerjainya.
“aku ingin balas dendam pada Junsu hyung. Seenaknya saja menipuku kemaren” jawabnya kesal.
“menipu? Memangnya Junsu hyung bilang apa?” tanyaku penasaran.
“dia bilang dia mau mentraktirku di supermarket. Tidak tahunya dia hanya menyuruhku membawa barang belanjaan. Benar-benar menyebalkan!!” ceritanya.
Aku hanya tertawa kecil. Tapi aneh sekali. Padahal kemaren aku sudah menawarkan diri untuk menemani Junsu hyung belanja, tapi dia menolak dengan alasan barang yang dibelinya tidak banyak. Tapi dia malah menelpon Junho hyung yang baru saja selesai syuting ‘Dream Team’ untuk menemaninya. Apa jangan-jangan…
“Chansung-ah, kenapa kau tiba-tiba diam begitu?” tanya Junho hyung mengembalikan pikiranku.
“a… aniyo. Aku hanya kepikiran sesuatu” jawabku.
“oh…” ujar Junho hyung.
“Hyung, kenapa kau mau membantuku?” tanyaku.
Lagi, Junho hyung langsung mengalihkan perhatiannya pada benda-benada yang kami persiapkan untuk rencana bodoh kami.
“Karena kau itu dongsaengku Chansung-ah. Kenapa tiba-tiba kau bertanya seperti itu?” tanyanya balik.
Aku menggeleng. “hanya penasaran saja hyung” jawabku.
Yah benar, aku memang penasaran sekali kenapa Junho hyung begitu cepat mengatakan dia mau membantuku tanpa menanyakan kenapa aku bisa menyukai Junsu hyung. Selain itu sikapnya pada Junsu hyung benar-benar berubah, seperti menjauhinya. Sebenarnya ada apa? Otakku ini tidak bisa menemukan jawabannya.

***
(Author POV)
Taecyeon, Wooyoung, Chansung dan Nickhun hanya bisa menatap tak percaya dengan apa yang baru saja mereka lihat. Junho dan Junsu bertengkar hanya karena masalah sepele. Hanya karena Junho tiba-tiba pergi begitu saja tanpa melirik Junsu saat sang lead vocal menyapanya.
“Ya! Junho-ah! Kenapa kau tidak mau menatapku?!” tanya Junsu kesal. Sejak beberapa hari yang lalu Junho memang tidak mau menatap Junsu dan Chansung
“Memangnya aku harus menatapmu hyung? Tidakkan? Sudahlah, aku mau istirahat!!” jawab Junho tak kalah kesal. Ia berlalu ke kamarnya kemudian membanting pintu.
“Aiissh… dia benar-benar membuatku kesal!! Terserah padamu saja!! Kau tak mau bicara denganku juga tak apa!! Dasar Bodoh!!” hardik Junsu lalu menghilang di balik pintu kamarnya yang juga menjadi korban pembantingan.
Empat member yang lainnya hanya bisa mengelus dada mereka yang kaget karena ulah Junho dan Junsu yang membanting pintu.
“Mereka berdua itu kenapa sih? Kenapa tiba-tiba masalahnya bisa jadi seperti ini?” tanya Wooyoung bingung.
“molla hyung, padahal dari tadi mereka tidak apa-apa” jawab Chansung.
“Bukankah menurut kalian sikap Junho belakangan ini agak aneh? Ia terkesan seperti menjauhi Junsu hyung” ujar Taecyeon tiba-tiba.
“benar juga ya, padahal sebelumnya ia perhatian sekali sama Junsu hyung. Apa dia salah makan?” tambah Nickhun dengan pertanyaan bodohnya.
“Mungkin memang ada yang salah” bisik Chansung tidak sengaja.
Yang lainnya langsung menatap Chansung penasaran. “Apa maksudmu Chansung-ah?” tanya Wooyoung.
Chansung langsung menyesali kata-katanya. “M…Maksudku… mungkin saja Junho hyung memang salah makan” jawabnya tergagap.
Wooyoung, Nickhun dan Taecyeon kecewa mendengar jawaban Chansung.
“Kau ini… kami pikir kau tahu sesuatu” ujar Nickhun menghempaskan badannya ke pangkuan Wooyoung.
“ya!! Apa-apaan kau!!” hardik Wooyoung. Nickhun hanya tersenyum menanggapinya. Sementara Taecyeon geleng-geleng kepala melihat sikap manja Nickhun.
Lain dengan Chansung, ia kembali larut dalam pikirannya. Melihat Junho tak mau menatapnya dan Junsu membuatnya penasaran ada apa dengan Junho. Sejak kejadian dirumah sakit dulu, ia tidak pernah melihat Junho yang dulu lagi. Begitu pun dengan Junsu. Tak pernah ia melihat Junsu semarah ini sebelumnya.
‘sebenarnya apa yang terjadi dengan kalian hyung?’ batinnya.

***
(Junsu POV)
Aku mengotak-atik komputer dengan kesal. Awalnya aku berharap mungkin saja dengan mengerjakan komposing lagu hatiku akan lebih enakkan. Tapi yang terjadi justru sebaliknya. Hatiku benar-benar tidak bisa tenang.
Apa maksudnya dia bersikap seperti ini setelah berkata seperti itu padaku? Apa yang kau khawatirkan Junho? Kenapa kau berkata seperti itu padaku? Ada apa denganmu?
Tanpa kusadari airmataku jatuh begitu saja. Kenapa? Kenapa perasaan ini begitu membuatku menderita?
Pintu diketuk pelan.
“Hyung?” suara Chansung memanggil suaraku dengan nyaring. Buru-buru kuhapus air mataku dengan ujung baju, dan kupandang monitor lekat-lekat.
“Aku masuk ya?” katanya ragu. Kemudian kenop pintu kamarku memutar dan pintu pun terbuka. Chansung melongok masuk, dan menatapku.
“Kau baik-baik saja, hyung?” tanyanya lugu. Aku mengangguk. Aku tahu, jika aku bicara suaraku akan sangat bergetar, dan itu akan membongkar semuanya. Membongkar, bahwa aku menangis. Chansung berjalan menghampiriku, lalu duduk di ranjangku. Ia melipat kakinya, lalu menopang kepalanya. “Kau ini kenapa sih, hyung?”
“Apanya?” tanyaku sedikit malas. Chansung menghela nafas.
“Antara kau dan Junho hyung… Apa yang terjadi?” tanya Chansung. Jantungku berdetak tidak nyaman, aku terdiam.
“Kalau tidak mau cerita ya sudah,” kata Chansung sedikit kecewa. Ia bangkit, namun segera kutahan tangannya dan kutatap wajahnya.
“Ani, tinggallah.. Aku butuh seseorang untuk kuajak bicara,” kataku seraya bangkit dari kursiku dan memintanya untuk kembali duduk di ranjang sementara aku duduk disampingnya. Kusandarkan tubuhku pada dinding dengan satu helaan nafas panjang. Kau gila, Junsu… Kau sudah gila…
Chansung menatapku. “Jadi kau kenapa?” tanyanya. Aku menghela nafas panjang. Baru hendak kukeluarkan unek-unekku ketika pintu kamarku terbuka. Junho berdiri disitu, menatapku dan Chansung bergantian.
“Hyung…” panggil Chansung.
“Mencari siapa?!” tanyaku kasar. Junho menatapku tajam, lalu membuang muka.
“Wooyoung!” sahutnya keras sembari kembali menutup pintu sama kerasnya. Chansung menatapku, sementara aku segera membuang muka dan mengatur nafasku yang sudah berderu, berkeinginan untuk menghajar Junho. Aku tidak tahu kenapa ia begitu tak acuh padaku belakangan ini. Junho ya… Tidakkah kau tahu, aku tidak butuh siapa pun disini selain kau… Kutundukkan kepalaku.
“Hyung?” panggil Chansung sambil meraih pundakku.
“Aku tidak apa-apa, Chansung ah…” sergahku. Kenapa suaraku begitu bergetar? Kenapa jantungku begitu berdenyut nyeri? Kenapa?
“Aku tahu,” kata Chansung kemudian. “Ini berkaitan dengan Junho hyung, bukan?” Dengan cepat kuangkat wajahku dan menatapnya. Ia tersenyum, namun ada sesuatu pada senyuman itu. Rasa pilu?
“Chansung ah…” desahku. Chansung menghela nafas.
“Kami semua merasakannya, hyung,” potong Chansung. “Junho hyung memang berubah.” Aku kembali terdiam.
“Ne,” sahutku.
“Ia menjauh dariku… Aku tidak mengerti mengapa dia begitu…”
“Aku rindu dia yang begitu perhatian,” kataku kemudian. Entah mengapa kata-kata itu mengalir begitu saja dari bibirku. Kutatap Chansung yang masih menatapku. “Mungkin ini juga salahku..”
“Mengapa menjadi salahmu?” tanya Chansung. Aku menghela nafas.
“Aku begitu keras kepala,” jawabku. “Seharusnya aku tahu, bahwa kalian begitu mengkhawatirkan aku… Bahwa aku mungkin akan membuat kalian semua pusing… Namun aku hanya ingin menari bersama kalian di atas panggung, aku tidak ingin santai disaat kalian berlatih keras.” Chansung meraih tanganku.
“Hyung… Kau bodoh…” “Eh?” Chansung tersenyum, mengembangkan senyumannya yang manis. “Kau masih bisa menari bersama kami, kami tidak akan meninggalkanmu. Tapi kau harus tahu batasanmu, karena aku–ani, kami tidak ingin kau menderita.”
“Ya, kurasa begitu,” sahutku lemas. “Aku sudah begitu egois.. Hingga Junho pun… ani… hingga aku membuat kalian pusing begini. Mianhae…”
“Hyung,” panggil Chansung. Aku mendongak.
“Hnn?”
“Apa mungkin… Kau menyukai Junho hyung?” tanya Chansung. Aku tersentak, kutatap wajah Chansung, tatapannya tajam padaku. Tidak pernah kulihat ia seserius ini. Aku tahu, aku tidak pandai berbohong, kuakui aku memang menyukai Junho dan tidak ingin kehilangannya.
“Ne,” sahutku kemudian. “Aku menyukainya…” Chansung menatapku lama, namun kemudian senyumannya kembali terkembang.
“Sudah kuduga!” kekehnya. “Baiklah! Biarkan dongsaengmu ini membantu kalian!”
“Chansung ah…”
“Gottcheongmal!” tukasnya. Ia bangkit lalu beranjak menuju pintu. “Aku akan berusaha keras agar kalian bersama! Yaksokhae!” Aku tersenyum padanya.
“Gomawo,” kataku. Chansung menggeleng.
“Tidak perlu berterima kasih,” kekeh Chansung.
“Kalau begitu, aku mau menyusun siasat dulu, ya!”
“Oh,” sahutku seraya mengangguk. Ia membuka pintu dan menghilang dengan cepat.
Junho… cepatlah kembali…

***
(Chansung POV)
Aku sudah tidak kuat lagi. Kututup pintu kamar Junsu hyung dengan cepat. Sejenak kusandarkan tubuhku yang lemas di pintu itu. Entah mengapa senyumku menghilang.
Seharusnya aku tahu… Hwang Chansung, mengapa kau begitu bodoh?
Seharusnya aku tahu bahwa Junho hyung dan Junsu hyung menyukai satu sama lain. Seharusnya kau tahu itu dari cara mereka saling menatap. Seharusnya kau tahu sejak dulu.
Mataku terasa panas dan dadaku berdenyut nyeri.
“Chansung ah?” panggil Nickhun hyung. Aku mendongak. “Kau kenapa?”
“Aniyo,” tukasku seraya memaksakan sebuah senyuman untuknya.
“Aku sakit perut.”
“Lha?”
“Aku ke WC dulu, ya, hyung!” kataku sambil melarikan diriku ke WC. Kubuka pintu WC dengan cepat, menutupnya dengan segera dan memutar kunci. Nafasku berderu kencang, air mataku sudah meleleh. Kuputar keran westafel dan kubiarkan diriku menangis.
Menenggelamkan suara tangisanku dengan suara deras air dari keran. Apakah ini yang namanya patah hati? Apakah perasaan ini yang sudah kuberikan kepada Junho hyung? Aku sungguh tidak tahu diri…
Kutekan dadaku yang nyeri. Kududukan diriku di kloset yang tertutup, kemudian kubenamkan wajahku pada tadahan kedua tanganku. Membiarkan sakit hati ini meluruh dengan semua air mata yang kukeluarkan hari ini.

***
(Junho POV)
Keparat!
Kubanting pintu atap dan kuhela nafasku panjang. Kutatap langit yang sedikit mendung di atasku. Aku sudah berjanji untuk membantu Chansung, tapi mengapa perasaan sakit ini masih begitu terasa olehku? Lee Junho kau tolol! Kau sendiri yang memutuskan untuk menjauhi Junsu hyung, maka hadapilah konsekuensinya jika Chansung menjadi dekat dengannya!
Sialan…
Kenapa aku tidak bisa menahan rasa marahku? Aku bukan diriku yang biasanya. Sangat lumrah bagi Chansung untuk berada di kamar Junsu hyung tadi. Ya, karena mereka adalah calon pasangan, bukan? Namun mengapa emosi ini begitu meledak-ledak? Seakan aku ingin membunuh Chansung… Seakan aku ingin menghempaskan tubuh Chansung dan menculik Junsu hyung untuk diriku sendiri?
Bajingan kau Junho…
Hyung macam apa kau ini?! Apakah kau bajingan yang mau menjilat ludahmu sendiri?! Aniyo… Aku adalah orang yang terpelajar dan aku tahu apa arti dari komitmen.. Aku tidak boleh mengecewakan Chansung.. Tidak dongsaengku yang satu itu..
Kutundukkan wajahku, menatap sebuah tetesan air di depan kakiku. Hujan? Kuangkat wajahku menatap langit yang masih mendung. Aniyo. Tidak hujan. Kemudian kusentuh pipiku. Basah… Sial, apakah aku menangis? Untuk siapa air mata ini? Air mata apa ini?
“HAAAAAAAAAAAAAA!!” teriakku kepada langit.
Jebal… Biarkan Chansung dan Junsu hyung bahagia.. Bukankah sudah kusuruh kau untuk menghilang? Hei, perasaan bodoh?! Mengapa kau masih berdiam ditempatmu?
Semakin lama tangisku semakin kuat. Kudekap mulutku dan kuhajar dadaku untuk menghilangkan rasa sakit yang begitu dalam. Dan beberapa saat kemudian, aku pun menangis di bawah hujan.

TBC
komen di wall grup ya~~ XD

Tentang bbkoreafanfiction

this is just blog for fun :)
Pos ini dipublikasikan di Chapter. Tandai permalink.

Tinggalkan komentar